Airplane pt 1 : Pesawat Pagi

#Catatan pesawat pagi Oktober 2018, setelah gempa dan tsunami di Kota Palu dan area Sulawesi Tengah lainnya.

Karena ada urusan penting dan mendadak, saya harus terbang ke Palu keesokan harinya. Untuk pertama kalinya saya mengambil penerbangan keberangkatan pada pagi hari.

Saya termasuk orang yang susah bangun pagi, dan mengambil penerbangan pagi berarti harus bangun lebih pagi dan bergegas ke bandara. Sebenarnya saya mengetel alarm, meskipun saya sadar bahwa saya adalah orang yang tak mempan dengan alarm, saat di kampus dulu, jika ada kegiatan di kampus lapangan, maka asisten dosen atau teman saya akan kapok untuk membangunkan saya, bagi saya semuanya jadi terasa berat karena kadang kami harus bangun pada pukul 04.00 pagi untuk bersiap melakukan aktivitas, padahal baru tidur jam 12.00 malam.

Screenshot_20190324_024022

Kembali ke penerbangan pesawat pagi yang saya ambil, jadi pada pukul 03.00 pagi, mama dan kakakku langsung menggedor pintu kamar, agar diriku segera bangun.

Setelah dibangunkan karena perjalanan ke bandara cukup menyita waktu, dan untuk menghindari halangan selama perjalanan, diriku mengefisienkan waktu. Langsung saja saya ganti baju kaos ambil ransel dan siap berangkat tanpa mandi. Hanya gosok gigi dan mencuci muka.
Ke bandara diantar oleh Om dan kakak, dimana mata masih dalam kondisi sangat mengantuk, dan rasanya seperti masih mimpi, rasanya seperti berteleportasi mendadak sudah ada di Bandara.

Kejadian yang paling menegangkan adalah saat mengantre untuk boarding pass, antrian panjang mengular, ditambah lagi banyaknya barang bawaan para penumpang, petugas bandara di counter, tampak lelah dan bekerja cukup lamban.

Seorang ibu asal Papua, yang berada di baris depan tampak kesulitan dengan barang-barangnya yang begitu banyak, wanita itu bahkan diharuskan membayar biaya untuk kelebihan bagasinya. Setelah drama panjang menunggu yang begitu lama, dan para petugas yang tampak lelah dan setengah mengantuk.

Saya harus lari-lari dulu biar tidak ketinggalan pesawat. Untung saja tiba di dalam pesawat tepat waktu. Sampai di dalam pesawat berencana untuk melanjutkan tidur, tapi terdengar di suara tangis bocah laki-laki mendadak membuyarkan konstrasiku untuk segera tidur.

Ia mengucapkan satu kata, dan mengulang kata itu berulang kali, mungkin ia menangis dengan menyebutkan kata “lari?” entahlah artikulasi anak itu belum begitu jelas.

Seorang wanita yang awalnya aku menduga itu adalah ibu anak yang terus menangis itu, ternyata wanita itu adalah kerabatnya, anak itu tak bersama ibunya, beberapa pramugari berusaha menenangkannya, lalu penumpang lain berusaha menghibur anak itu, tapi sayang, si bocah laki-laki yang aku duga umurnya sekitar 2 atau 3 tahun itu masih bertahan untuk menangis.

Setelah pramugari lelah menghiburnya, seorang bapak yang kemungkinannya adalah kerabatnya yang lain menggendong si bocah agar tenang.

Tapi memang karena pesawat cukup bergoyang, si anak semakin menangis keras, ia menoleh ke jendela tapi kembali menangis, ia takut melihat awan tinggi, akhirnya si anak terus menangis seiring deru mesin sayap pesawat yang terus menembus awan.

Dan kemudian saya teralihkan oleh awan, berbicara mengenai awan, oh iya ini adalah penerbangan pagi pertamaku, saya selalu mengambil penerbangan siang, sore, ataupun malam karena menurutku waktu keberangkatan di jam itu cukup santai.

Saat itu aku menoleh ke jendela, dan melihat warna jingga langit, cahaya itu cukup menyilaukan karena sangat dekat satu sama lain.

Pesawat semakin melaju, melewati awan-awan nimbus. Awan nimbus yang bergulung-gulung seperti kapas, kadang terlihat seperti permen kapas putih yang melayang di atas langit. Gulungan-gulungan lain semakin banyak. meninggalkan pemandangan sebelum take off berupa pemandangan di dekat jendela tentunya biasa saja. pesawat yang parkir, dan mobil angkutan yang membawa tumpukan barang untuk bagasi pesawat, lalu bus-bus yang mengangkut penumpang.

Screenshot_20190324_024135

Setelah lepas landas, seperti biasa pemandangan seperti melihat maket-maket rumah dan sawah di hamparan permukaan tanah, badan sungai dan anak cabangnya, masih banyak pohon-pohon hijau yang mengkilap dari atas. Mungkin malam kemarin pesawat kehujanan atau berembun, sisa air menetes di luar kaca jendela (saya paling suka duduk di dekat jendela).
Air yang menurut hukum gravitasi harusnya menetes ke bawah itu, karena pesawat yang miring, terliht tetesan air itu membuat ilusi aliran air yang tampak mendatar.
Setelah tetesan air itu habis karena terjangan laju pesawat. Pesawat kini bergerak stabil, menyimbangkan sayapnya di udara. Penumpang yang lain tampak sibuk dengan urusannya masing-masing.

Kembali Suara tangisan bocah laki-laki itu menarik perhatianku. Tak Ada yang tahu apa yang menyebabkan anak itu menangis selain menduga kalo anak itu memang takut naik pesawat, dan semuanya terjawab saat seorang wanita yang diduga kerabat si anak lalu menceritakan bahwa ibu anak itu wafat saat gempa, dan mengatakan bahwa si bocah trauma terhadap goncangan.
Dan akhirnya selama satu jam, si bocah laki-laki menangis tanpa henti. Ternyata dibalik tangis bocah dalam pesawat itu ada kisah duka yang mendalam.

Mencoba untuk mengalihkan dari perasaan melankolis, saya kemudian mengamati awan-awan dan tampaknya cukup berhasil. Tapi satu jam berlalu, dan si bocah laki-laki masih menangis cukup keras, kasihan sekali karena suaranya terdengar mulai serak.

Setelah pesawat mendarat, buru-buru diriku menuju ke toilet untuk pipis, jadi sebelum berjalan kaki menuju ke tempat kedatangan, semakin mendekat, ke bangunan bandara, terlihat langit-langit ruangan yang runtuh dan rusak masih menyisahkan kisah akan getaran gempa, begitupun dengan toilet, pintu toilet rusak, dan sana sini tampak langit-langit yang bolong karena rusak.
dan bandara masih dalam tahap recovery.

Sambil menunggu jemputan di bandara, saya kemudian duduk dan teringat dengan awan yang kulihat saat penerbangan tadi pagi.

Awan yang kulihat melalui kaca jendela tebal di pesawat, langit dan awan nimbus yang menyapaku, semakin jauh ke depan semakin banyak gulungan awan nimbus.

Serat-serat awan sirius tampak angkuh di atas awan nimbus yang bergulung-gulung gemuk itu. Setelah itu ketinggian terbang pesawat semakin naik, di lapisan langit yang lebih tinggi, awan sirius lebih banyak.
Sempat juga melintas awan hitam yang bergerak bergerombolan, segumpal awan besar dan gelap itu bergerak cukup cepat. Jika pernah melihat film Harry potter, awan hitam yang melintas itu seperti suasana ketika para dementor datang beramai-ramai menghampiri Hogwarts.
Jadi setelah awan gelap itu berlalu, kembali melalui jendela melintas awan serat-serat halus, warna langit yang awalnya cukup jingga, kini berubah menjadi biru lautan, awan putih bermain-main di langit, kadang menggumpal kadang berserat-serat terpisah.

Screenshot_20190324_024223

Lalu di moment selanjutnya pesawat menerobos awan sirus yang berserat itu, dan jendela tampak berkabut, jarak pandangku tidak melihat apa-apa lagi di luar sana selain serat-serat awan putih.

***

Pernahkah kita tiba-tiba tampak begitu kagum akan sesuatu yang terlihat sepeleh dan biasa dalam hidup.
Hari ini aku merasakannya, hal yang biasa kita lakukan sehari-hari mendongak ke atas dan melihat langit, dan menjumpai padangan yang menangkap kehadiran awan. Namun awan yang terlihat saat menaiki pesawat terasa begitu berbeda.

Ya…. hari itu saya memang hanya melihat awan dan langit saja. Melihat betapa luar biasanya ciptaan Tuhan, melihat begitu canggihnya mereka, dan pekatnya perasaan magis pagi itu.

8 thoughts on “Airplane pt 1 : Pesawat Pagi”

  1. Setuju kak, penerbangan malam hari, dari atas melihat ke bawah seperti melihat taburan bintang-bintang dan sungai cahaya dari bola lampu listrik rumah dan gedung, lumayan untuk pengobat lelah saat berada di pesawat.

    Like

  2. Saya selalu suka penerbangan siang, menikmati lautan awan seakan berada di negeri lain. Sesekali mengambil kamera jika ada kepulan nimbus yang menawan.

    Like

  3. Saya suka sekali naik pesawat sendirian dan duduk di samping jendela. Saat itu cerita mengalir dengan bebas dan hati terasa penuh dengan percakapan dengan diri sendiri.

    Like

    1. iya kak, sungguh indah dan canggih ciptaan Tuhan, setuju kak setiap perjalanan itu selalu punya cerita dan selalu ada hikmah yg bisa dipetikšŸ˜Š

      Like

Leave a comment